Hikmah Kesabaran Dalam Menuntut Ilmu

Kandungan Surah Al Kahfi Ayat 65-82
Oleh: Kurniawati, S.Pd


Bismillahirrohmanirrohim
Sabar menurut Wikipedia adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar juga merupakan kemampuan pengendalian diri yang dipandang sebagai sikap bernilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa. Allah pun menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa orang yang bersabar akan mendapat pahala dan surga. Jadi sabar adalah sikap pengendalian diri dalam situsi sulit sehingga mendapat pahala yang luar biasa dari Allah.
Sabar yang sangat luar biasa implikasinya harus diterapkan dalam menuntut ilmu. Bagaimana sih caranya, bersabar dalam menuntut ilmu? Banyak kisah dan riwayat yang menjelaskan tentang bersabar dalam menuntut ilmu, akan tetapi kali ini kita akan bahas sebuah kisah yang termaktup dalam Al-Qura’n surah Al Kahfi 65-82. Ayat tersebut menjelaskan perjalan Nabi Musa a.s ketika menuntut ilmu kepada Nabi Khidir a.s.
Nabi Musa bertemu dengan Nabi Khidir di tepi laut yang memiliki dua aliran air. Kemudian nabi Musa mengutarakan niatnya bahwa ia akan mengikuti nabi Khidir untuk memperoleh pengetahuan (menuntut ilmu). Akan tetapi nabi Khidir menolak dengan alasan bahwa Nabi Musa tidak akan mampu bersabar. Namun, Nabi Musa meyakinkan Nabi Khidir untuk menerimanya sebagai muridnya, sehingga Nabi Khidir menyetujui dengan syarat nabi Musa tidak akan menanyakan sesuatu apa pun sebelum Nabi Khidir menjelaskannya secara langsung.
Kemudian berangkatlah mereka ke perjalanan dengan menaiki sebuah perahu. Tiba-tiba tanpa banyak cakap Nabi Khidir melubangi perahu itu. Nabi Musa yang mempunyai rasa ingin tahu dan tidak memiliki pengetahuan tentang ini serta merta bertanya ‘’Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah engkau akan menenggelamkan penumpangnya?’’ Lalu Nabi Khidir berkata ‘’Bukankah sudah kukatakan, bahwa engkau tidak akan sabar bersamaku?’’ Nabi Musa pun meminta maaf kepada Nabi Khidir karena telah melupakan janjinya.
Keduanya pun melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang pemuda, lalu Nabi Khidir membunuhnya. Nabi Musa yang tidak mengetahui tentang itu sontak bertanya ‘’Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena ia membunuh orang lain? Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar’’ Nabi Khidir pun menjawab seperti perkataan yang sebelumnya "Bukankah sudah kukatakan, bahwa engkau tidak akan sabar bersamaku?’’ Nabi Musa pun berkata ‘’Jika aku bertanya sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup bersabar menerima alas an dariku’’
Maka, keduanya pun melanjutkan perjalan lagi. Hingga keduanya sampai pada penduduk suatu negeri. Mereka berdua meminta dijamu oleh salah seorang penduduk, akan tetapi penduduk tersebut tidak bersedia menjamu mereka. Kemudian mereka melihat rumah penduduk tersebut akan roboh, lalu mereka menegakkannya. Setelah itu, keduanya pergi dari rumah tersebut ‘’Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu’’ ujar Nabi Musa. Pernyataan Nabi Musa adalah pernyataan terakhir kepada Nabi Khidir karena setelah itu, Nabi Musa tidak diperkenankan lagi mengkuti Nabi Khidir. Akan tetapi sebalum Nabi Khidir pergi, ia menjelaskan mengapa ia melakukan hal yang tidak Nabi Musa ketahui.
Pada kejadian pertama tentang pelubangan perahu, Nabi Khidir menjelaskan bahwa perahu itu milik orang misikin yang bekerja dilaut. Nabi Khidir merusaknya karea perahu itu akan dihadang oleh raja jahat yang berniat merampas hasil mereka.
Kejadian kedua tentang anak muda. Dia adalah seorang kafir sedangkan kedua orang tuanya beriman, sehingga di hawatirkan kelak dia akan mempengaruhi orang tuanya untuk kafir. Dengan dibunuhnya anak muda tersebut, diharapkjan orang tua anak ini memiliki keturunan yang mu’min pula.
Kejadian ke tiga tentang robohnya dinding rumah seorang penduduk. Ternyata mereka adalah seorang anak yatim dan ayahnya adalah seorang yang shalih. Hartanya disediakan hingga anaknya dewasa, maka dari itu NAbi Khidir tidak meminta imbalan telah menolong anak-anak yatim tyersebut.
Dari kisah tersebut dalam diambil hikmah bahwa dalam menuntut ilmu harus bersabar, jangan terburu-buru  menganalisis dan menjastis hal-hal yang menurut kita salah. Soalnya kita belum mengetahui apa yang terkandung didalam setiap kejadian. Dalam mencari ilmu, kita harus patuh pada guru, agar kita mendapat ilmu yang bermanfaat luar biasa.

Comments

Popular posts from this blog

Menikah

Dampak Pandemi Covi-19 di Indonesia

9 tipe kecerdasan yang dimiliki manusia