Dampak Pandemi Covi-19 di Indonesia

Corona atau covid-19 ini telah menyita banyak perhatian publik. Negara-negara di dunia dihimbau untuk terus berjuang dan waspada pada penyebarannya. Virus corona telah membuat dunia ciut akan serangannya. Makhluk kecil bernama corona ini telah banyak mengubah peradaban yang ada terutama di Indonesia. Dampak masif covid-19 di Indonesia sangat terasa dari berbagai lini mulai dari sosial budaya, ekonomi, politik, pendidikan dan teknologi.

Pembatasan social budaya yang harus dilakukan untuk pemutusan mata rantai covid-19 ini menjadikan silaturrahmi yang seharusnya berlajan lancar harus tertunda. Keasikan bercenkrama bersama yang sering dilakukan untuk menambah serunya kesebersamaan kini harus kita tahan untuk tetap di rumah saja. Kontak sosila seperti bersalaman ketika berjumpa dengan orang lain sebagai budaya kental negeri ini tidak boleh dilakukan. Berkumpul dan saling bertukar fikiran secara langsung harus di tiadakan. Jalanan, pasar dan tempat umum lainnya yang biasa menjadi tempat berkumpul banyak orang kini telah sepi bagaikan kota mati terutama pada area read zone. Bahkan tempat ibadah yang semula menjadi tempat wajib dalam menunaikan ibadah kini banyak di non aktifkan. Itu semua dilakukan untuk pencegahan penyebaran covid-19. Karena virus ini akan cepat tersebar dengan berbagai kontak social, oleh sebab itu pemerintah membuat kebijakan untuk membatasinya misalnya PSBB dan pemeriksaan yang ketat bagi para pemudik.

Kebijakan-kebijakan tersebut mengakibatkan banyaknya PHK sehingga menimbulkan krisis ekonomi yang luar biasa. Pabrik-pabrik tutup sehingga semua karyawan yang bekerja harus angkat kaki dari perusahannya. Pedagang asongan dan pedang kaki lima dipinggir jalan harus pulang dengan tangan hampa karena tidak ada pembeli yang lewat dan mencicipi jualan mereka. Ekonomi Negara anjlok gara-gara covid-19 ini. Sungguh sangat terasa sekali dampak ekonominya terutama pada rakyat kecil dan buruh jalanan.

Corona merajalela, dampak masifnya yang luar biasa terutama pada mereka yang harus rela terjun ke jalan untuk sesuap nasi. Namun, mereka juga harus mematuhi rambu-rambu kebijakan yang ada. Belum semua itu sirna, corona belum terhempas dari bumi Indonesia. Pemerintah telah melancarkan politik barunya, dengan disahkannya RUU baru bagi negeri tercinta. Apakah pemerintah sudah tidak perduli dengan nasip para pejuang rupiah ditengah corona? entahlah apa yang ada di fikiran mereka. Kita hanya bisa berdoa semoga corona tidak dimanfaatkan oleh oknum politik yang tak bertanggung jawab. Karena pendobrok/garda terdepan saat ini tidak bisa berkutik yakni Mahasiswa. Mahasiswa saat ini harus berpangku tangan karena kebijakan social distancing. Mereka diam dengan tetap berada di rumah, namun bukan berarti mereka diam untuk memperhatikan gerak perilaku pemerintah.

System pendidikan yang masih tumpul karena kebijakan akibat pandemi ini membuat lelah para penyerap aspirasi. Perkulihan dan system pendidikan lainnya harus dilaksanakan secara daring. Hal ini juga mengakibatkan ketidak efektifan dan kurang efesiennya proses belajar mengajar. Sehingga para siswa dan mahasiswa kesulitan untuk belajar dan menyalurkan aspirasinya. Bagi mahasiswa terutama, sebagai mahasiswa yang harus mengamaolkan tri darma perguruan tinggi harus terhalang. Tri darma yang terdiri dari agent of change, agent of control dan agent of analysis tidak terlaksana dengan baik.

Semua system memang berjalan namun hanya tumpul, karena tidak bisa efektif. Walaupun ada tehnologi yang sudah memfasilitasi. Namun tetap saja pertumuan secara langsung masih merupakan suatu hal keharusan. Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Kita sebagai masyarakat harus patuh untuk kepada pemerintah demi menjaga Negara ini dari covid-19. Hanya doa dan harapan bag mereka yang dan negera ini, semoga segera terbebas dari corona.

Comments

Popular posts from this blog

Menikah

9 tipe kecerdasan yang dimiliki manusia